Namanya Abdul Karim, 49 tahun. Berawal dari issue strategis pemerintah yang akan membangun 10 destinasi baru atau yang digaungkan sebagai 10 Bali baru Create 10 New Bali di Indonesia, Abdul Karim yang akrab disapa Bang Dul bertekad menciptakan suatu atraksi daya tarik wisata yang mendunia. Pemikirannya sederhana sekali, “yaa masak sih dari miliaran orang di dunia tahunya hanya Bali dan tidak ingin ke tanah Mahameru?”.
Tekadnya ini sangat kuat. Ia memilih meninggalkan profesinya sebagai praktisi cat mobil di Jakarta untuk kembali ke Lumajang. Pada 2014 ia diamanati menjadi ketua Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Sidomulyo Kecamatan Pronojiwo, kala itu pemerintah Kabupaten Lumajang menggalakkan program, Destinasi 1 Kecamatan 1 Desa Wisata. Beragam potensi wisata Lumajang, seperti Air Terjun, Danau, Pantai, Gunung, Budaya, dan Ekonomi Kreatif, ia pasarkan melalui media sosial yang mudah dijangkau seluruh penduduk dunia.
Namun, berawal dari sebuah keperihatinan di desanya, ia melihat lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran, serta kurangnya rasa peduli terhadap sesama khususnya para remaja yang akan menjadi generasi muda ke depannya. Merasa prihatin akan hal itu, ia berfikir bagaimana caranya untuk bisa merombak semua menjadi lebih baik dan bermanfaat. Ia pun beride untuk membuka potensi yang tersembunyi di desanya, dengan cara membuka daya tarik wisata Panorama Air Terjun Tumpak Sewu.
Ia mengatakan, bahwa asal mula pencetusan nama Tumpak Sewu dimulai ketika pembukaan lahan yang sering disebut babat alas dilaksanakan pada hari jumat, setelah sholat dhuhur, dan dalam perhitungan hari jawa sudah mulai masuk hari sabtu. Tumpak berarti hari sabtu menurut bahasa jawa kuno, sewu artinya seribu yang menggambarkan banyaknya sumber mata air sehingga sulit untuk menghitungnya. Jadi, dinamakan Panorama Air Terjun Tumpak Sewu.
“Saya melihat sebuah Air Terjun yang sangat memesona. Airnya langsung dari mata air pegunungan, dan bentuknya melingkar seperti tirai. Mungkin ini akan menjadi pembeda dari banyak air terjun di Indonesia bahkan di dunia. Saya juga melihat keperihatian warga sekitar yang sangat kurang layak baik dari segi moral dan ekonomi akhirnya membulatkan tekad mengajak mereka untuk mulai mengelolah tepat ini menjadi suata daya pikat agar dikenal dunia,” ujar Bang Dul, di Sidomulyo, (12/11/2024).
Keberhasilannya pun tak semudah membalikan telapak tangan, karena mulai dari babat alas dengan medan yang sangat ekstrem untuk membuka jalur menuju panorama dan trecking bukanlah hal yang mudah.
“Ada keperihatinan awal yang saya rasakan ketika membuka jalur dan membuat pengelolan daya tarik wisata ini. Saya sempat dituduh dan banyak yang bilang bawhwa saya itu sudah gila. Banyak pendapat warga sekitar yang pesimis dengan aksi yang saya lakukan, namun saya tetap berjuang, hingga saya pernah dianggap hilang di dasar sungai ketika melakukan susur jalur untuk pembukaan akses trecking ke air terjun,” kata Bang Dul.
Rendahnya kualitas pendidikan serta kurangnya pergaulan positif para remaja ini yang memicu meraka untuk berfikiran negatif, sempitnya sudut pandang mereka terhadap sesama, dan lingkungan di sekitarnya. Ia pun tetap bersemangat dan optimis bahwa sikap dan tindakanya dapat merubah nasib dari banyak warga sekitar air terjun ini agar lebih bermanfaat dan semua dapat merasakan taraf ekonomi yang baik untuk hidup tepat rasa dan tepat guna. “Saya tetap yakin bahwa usaha ini akan mendapatkan kesuksessan nantinya,” ujarnya.
Setelah selesai membuka jalur untuk panorama air terjun dan trecking. Tantangan baru mulai ia hadapi dalam pengelolaan daya tarik wisata ini, karena ia tidak memiliki asset lahan yang sangat luas dan banyak akses yang memakan lahan perkebunan salak warga. Satu sisi warga tidak ingin kehilangan mata pencarihannya sebagai petani salak, sisi lainnya membutuhkan jalur akses. Hal lain pula yang ia risaukan adalah bagaiamana caranya warga sekitar dapat ikut merasakan buah kesuksessan dan bukan hanya menjadi penonton keberhasilan investor nantinya.” Saya kebingungan sekali, yaa tau sendiri bagaimana kualitas sumber daya manusia di sini, apalagi banyak yang sudah menganggap saya sudah tidak waras, kan?” ujar Bang Dul sembari menghela napas.
Ia tetap membulatkan tekad dan memberanikan diri untuk mengundang warga sekitar yang lahannya termasuk dalam jalur menuju panorama dan trecking untuk bermusyawarah dalam pembahasan pengelolaan daya tarik wisata Panorama Air Terjun Tumpak Sewu. Menurutnya, musyawarah ini merupakan cara terbaik untuk mengajak warga sekitar dalam melakukan swakelola agar semua dapat menikmati hasilnya.
“Alhamdulillah, warga yang lahannya digunakan sebagai akses menuju panorama dan trecking, pikirannya pun ternya terbuka dan mau berswakelola, saya yang awalnya takut, ternyata mendapat angin segar dan semangat baru untuk tetap mengelolah daya tarik ini menjadi tambahan pendapatan warga.” kata Bang Dul.
Bertumbuh kembang Signifikan
Kigiatan pembukaan jalur dan pengelolaan daya tarik wisata Panorama Air Tejun Tumpak Sewu mulai berjalan dan sudah membuat konten promosi untuk menarik pengunjung, sehingga mulai berdatangan pengunjung atau wisatawan nusantra terlebih dahulu.
Ia mengatakan, bahwa dengan adanya pengunjung kita bisa menjual tiket dan memberikan jasa guide kepada meraka, sehingga dari pedapatan itu kami gunakan untuk pengembangan daya tarik dan sesuai dengan hasil musyawarah, kami memberikan bagi hasil kepada warga yang lahannya digunakan sebagai penitiapan kendaran dan akses menuju panorama.
“Ada kebanggaan tersendiri bisa memperkanalkan keindahan alam Lumajang dan membantu peningkatan taraf hidup warga sekitar yang dulunya banyak premanisme dan pengangguran hingga saat ini mulai berbenah menjadi lebih baik, intinya adalah bermanfaat tepat rasa dan tepat guna,” ujarnya.
Cerita keberhasilan Bang Dul dan kelompoknya tidak terhenti disitu saja. Pada saat awal perkembangannya masih belum ada wisatawan mancanegara yang hadir di Panorama Air Terjun Tumpak Sewu.
Melihat data kunujungan wisatawan Dinas Kebudayan dan Pariwisata Lumajang, wisatawan nusantara pada 2014 sejumlah 1.220 orang, sedangkan wisatawan mancanegara 0 orang, trend kunjungan wisatawan nusantara mulai nampak melaju positif signifikan pada 2015 sejumlah 8.956 orang, namun wisatawan mancanegara masih tetap berdiri pada 0 orang. Pada 2016 mulai mendapatkan lonjakan kunjungan wisatawan nusantara sejumlah 43.309 orang dan wisatawan mancanegara 571 orang.
“Ini merupakan peningkatan sangat derastis pada tahun 2016, akhirnya kami kebingungan karena banyaknya wisatawan mulai membludak kemudia daya tampung penitipan kendaraan dan toilet kurang mencukupi. Sukurnya, warga sekitar mulai membuka lahannya untuk penitipan kendaraan dan toilet. Tentunya tetap pada kesepakatan sesuai hasil musyawarh. Jadi, ada bagi hasil antara pengelolah dengan warga dan sebaliknya,” ujarnya.
Menurutnya, awal mula hadirnya wisatawan mancanegara dikarenakan ada salah satu photographer berasal dari negeri Jiran yang ingin mencari makam leluhurnya, yaitu Syekh Jalaludin dan Nyai Ajeng Musarofah, yang ternyata setelah ditelusuri dekat dengan panorama, akhirnya dipotretlah keindahan Air Terjun Tumpak Sewu dan si photographer kembali dengan komunitasnya dari lintas negara untuk berwisata ke Air Terjun Tumpak Sewu.
Merujuk kembali dari data kunjungan wisatawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lumajang,dapat terpantau 2017 wisatawan nusantara sejumlah 70.794 orang dan wisatawan mancanegara 1.527 orang, ironisnya 2019 wisatawan nusantara mengalami penurunan menjadi 30.968 orang dan wisatawan mancanegara mengalami peningkatan menjadi 5.900 orang.
Ia menagatakan, bahwa pada 2020 hingaa 2022 wisatawan mengalami penurunan derastis karena adanya bencana covid-19 dan erupsi Gunung Semeru juga, sehingga sangat sedikit sekali pengunjung Air Terjun Tumpak Sewu. Namun pada 2023 wisatawan mulai membanjiri Air Terjun Tumpak Sewu Kembali.
Hal tersebut terbukti pada data kunjungan wisatawan Dinas Pariwisata Lumajang, pada 2023 terlihat wisatawan nusantara yang berkunjung ke Air Tejun Tumpak Sewu sejumlah 49.835 orang dan wisatawan mancanegar 26.473 orang. Dari awal tahun 2014 hingga 2023 nampak laju trend positif kunjungan wisatawan mancanegara ke Air Tejun Tumpak Sewu, Pronojiwo, Lumajang.
“Alhamdulillah, dengan terbukanya Air Terjun Tumpak Sewu menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara sehingga berdampak positif mulai bermunculan jasa usaha pariwisata di Kecamatan Pronojiwo hinga ke Lumajang, seperti jasa akomodasi, homestay, hotel, rumah makan, dan dapat menggerakan pemuda menjadi gauide yang dulunya banyak premanisme sekarang mulai tertata adab dan ilmunya, sungguh sangat bersyukur lagi mas, 2,5% dari pendapatan kami bisa digunakan untuk membantu kaum dhuafa,” kata Bang Dul.
Hal tersebut dibenarkan setelah melihat data dan informasi analisa pasar serta PDRB pariwisata Dinas Pariwisata Lumajang, segmentasi geografis wisatawan mancanegara 9,43 % dari Eropa dan 8,38 % dari Asia berdasarkan total negara asal wisatawan yang menuju ke Lumajang. Kemudian PDRB Pariwisata Lumajang 43,76 % disumbang dari sektor akomodasi dan makan-minum.
Bang Dul membenarkan, bahwa kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Air Terjun Tumpak Sewu masing-masing memliki high season kunjungan. Dari Eropa dan Australia kami sudah membangun kerjasama pada sektor mitigasi bencana dan marketing Tumpak Sewu di Australia. Namun pada akhir – akhir ini banyak warga dari China yang berkunjung ke Air Terjun Tumpak Sewu. Kami pun sempat melakukan kerjasama dengan Konsulat Jendral China untuk tetap saling menjaga jejaring dan hospitality wisatawan mancanegara khsusunya dari China.
“Saat ini gerbang masuk wisatawan mancanegara adalah Air Terjun Tumpak Sewu yang ada di Pronojiwo, kami tetap fokus untuk mengawal pariwisata Lumajang agar semua potensi terdampak dari Tumpak Sewu,” kata Yuli Harisma.
Kepala Dinas Pariwisata Lumajang Yuli Harisma, menekankan pariwisata di wilayah Bromo Tengger Semeru terus dikawal dan Tumpak Sewu sebagai salah satu gerbang masuknya wisatawan mancenagara, sehingga keseluruhan potensi pariwisata Lumajang harus dipersiapkan dan disebarluaskan melalui digitalisasi Tourism Information System.(F.luki)